Siapa di antara kita yang belum pernah merasakan tekanan dari atasan di tempat kerja? Bagi sebagian besar dari kita, tekanan dari atasan adalah hal yang tak asing lagi.
Namun, bagaimana jika tekanan tersebut melampaui batas kewajaran, hingga mengganggu produktivitas, kesejahteraan mental, atau bahkan kualitas hidup kita?
Jika Anda merasa terjepit dan tekanan terasa semakin menghimpit, artikel ini menawarkan beberapa cara yang dapat membantu Anda menghadapi atasan yang memberikan tekanan.
Tips Menghadapi Atasan yang Menekan
1. Pahami Alasan Atasan Anda
Sebelum mengambil langkah apa pun, penting untuk memahami alasan di balik tindakan atasan Anda. Apakah ada target yang harus dicapai? Apakah ada tekanan dari pihak atasnya? Atau mungkin ada faktor pribadi yang mempengaruhi perilakunya? Dengan memahami alasan di balik tindakannya, Anda dapat menyesuaikan pendekatan Anda dalam menangani situasi.
2. Komunikasikan Perasaan Anda
Jika Anda merasa tekanan yang diberikan atasan tidak wajar, bicarakan hal ini dengannya. Pilih waktu yang tepat, gunakan bahasa yang sopan dan konstruktif, serta jelaskan bagaimana tekanan tersebut mempengaruhi Anda. Komunikasi terbuka dapat membantu membangun pemahaman dan solusi bersama.
3. Batasi Respon Emosional Anda
Tekanan dari atasan mungkin membuat Anda merasa frustrasi atau marah. Namun, menjaga ketenangan dan tidak merespon dengan emosi dapat membantu Anda memahami situasi dengan lebih jernih dan mencari solusi yang efektif.
4. Cari Dukungan
Berbicara dengan rekan kerja, teman, atau keluarga dapat memberikan perspektif yang berbeda, serta dukungan emosional. Mereka mungkin dapat memberi saran atau sekadar mendengarkan keluhan Anda, yang dapat membantu Anda merasa lebih baik.
5. Pertimbangkan Konseling atau Pelatihan
Jika tekanan terasa sangat berat, pertimbangkan untuk mengikuti konseling atau pelatihan stres manajemen. Dengan demikian, Anda dapat memperoleh keterampilan untuk mengatasi tekanan kerja dengan lebih efektif.
Memahami Atasan yang Memberikan Tekanan
Mengapa seorang atasan memarahi bawahan nya jika tidak mencapai target?. Bukankah itu bisa memicu stress yang berakibat buruk?. Apakah atasan tersebut sebenarnya tidak terlalu mengerti mengenai efek tekanan kerja?
Ya, Ada beberapa alasan mengapa atasan mungkin memarahi bawahan mereka ketika target tidak tercapai, dan tentu saja, ada beberapa implikasi dan efek dari tindakan tersebut:
Harapan Tinggi
Atasan mungkin memiliki harapan atau standar yang tinggi untuk timnya dan merasa kecewa atau frustrasi ketika target tidak tercapai. Kekecewaan ini bisa memicu reaksi emosional.
Tekanan dari Atas
Terkadang atasan sendiri berada di bawah tekanan dari manajemen tingkat lebih tinggi atau pemangku kepentingan lainnya untuk mencapai target tertentu. Ketika target ini tidak tercapai, atasan mungkin merasa perlu untuk menunjukkan tindakan atau respons.
Pendekatan Manajemen Tradisional
Beberapa atasan mungkin mengadopsi pendekatan manajemen yang lebih tradisional atau otoriter, di mana mereka percaya bahwa tekanan atau ketakutan akan konsekuensi negatif adalah motivator yang efektif.
Ketidaktahuan Mengenai Dampak Stress
Meskipun ada banyak penelitian tentang dampak negatif dari stres kerja, tidak semua pemimpin atau manajer mungkin menyadari atau memahami sepenuhnya dampak jangka panjang dari tekanan berlebihan atau metode manajemen yang berbasis ketakutan.
Kurangnya Keterampilan Komunikasi
Terkadang, atasan mungkin tidak memiliki keterampilan komunikasi yang efektif atau pelatihan dalam manajemen konflik, yang bisa menyebabkan mereka bereaksi dengan cara yang kurang konstruktif ketika dihadapkan dengan masalah.
—
Benar bahwa memarahi bawahan karena tidak mencapai target dapat memicu stres dan memiliki efek negatif lainnya. Stres yang berkepanjangan dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan, menurunkan moral dan motivasi tim, meningkatkan turnover karyawan, dan berdampak negatif pada produktivitas.
Solusi yang lebih efektif mungkin termasuk komunikasi terbuka tentang alasan di balik target yang tidak tercapai, pelatihan tambahan atau sumber daya jika diperlukan, dan pendekatan yang lebih kolaboratif untuk menyelesaikan masalah daripada menyalahkan atau menghukum.
Tindakan Memberikan Tekanan Apakah Tepat Dilakukan?
Menilai apakah tindakan atasan memarahi bawahan karena target tidak tercapai sebagai “bagus” atau “buruk” tergantung pada konteks dan hasil dari tindakan tersebut. Namun, berdasarkan penelitian dan praktik manajemen modern, berikut beberapa pertimbangan:
Aspek Negatif:
- Dampak Emosional: Memarahi bawahan dapat menimbulkan ketakutan, kecemasan, dan stres, yang dapat mengurangi kinerja dan kreativitas karyawan.
- Moral Tim: Atmosfer kerja yang penuh tekanan dan konflik dapat menurunkan moral tim, membuat anggota tim kurang termotivasi untuk bekerja keras atau berinovasi.
- Retensi Karyawan: Karyawan yang merasa tidak dihargai atau ditekan berlebihan mungkin memutuskan untuk keluar, meningkatkan biaya rekrutmen dan pelatihan untuk perusahaan.
- Kurangnya Solusi: Fokus pada kesalahan atau kegagalan tanpa mencari solusi konstruktif bisa memperparah masalah.
Aspek Positif (dalam konteks yang sangat spesifik):
- Urgensi: Dalam situasi yang memerlukan tindakan cepat atau perubahan mendesak, menekankan urgensi melalui kritik tajam mungkin memberi tim dorongan yang diperlukan.
- Pertimbangan Budaya: Dalam beberapa budaya atau industri, pendekatan yang lebih keras mungkin diterima atau dianggap normatif, meskipun hal ini semakin jarang.
Namun, pendekatan manajemen yang berfokus pada komunikasi terbuka, dukungan, dan solusi biasanya dianggap lebih efektif dalam mendorong kinerja tinggi dan mempertahankan tim yang bahagia dan termotivasi.
Sehingga, berdasarkan banyak literatur manajemen dan penelitian psikologi organisasi, memarahi bawahan karena target tidak tercapai seringkali bukanlah pendekatan yang ideal.