Sering kali motif bagi seorang Founder dalam membuat startup adalah agar dia bisa mendirikan perusahaan yang nantinya bisa melakukan IPO (Penawaran Saham Perdana). Sehingga dia bisa mendapatkan uang tunai yang sangat banyak  ketika dia menjual perusahaan tersebut ke Bursa Efek Indonesia (BEI). Mendirikan perusahaan bukan hal yang sulit. Tetapi, mempertahankan nya lah yang menjadi tantangan utama nya.

Untuk bisa mencapai langkah IPO, perusahaan harus berdiri dalam jangka waktu tertentu (beberapa tahun), itulah syarat utama nya. Dan agar perusahaan mampu berdiri dalam jangka waktu yang lama tersebut, work flow dari perusahaan tersebut harus didasarkan ke sistem bisnis. Tanpa mendasarkan nya ke sistem bisis, perusahaan seakan tidak memiliki fondasi yang kuat dalam pendirian nya. Jika fondasi nya tidak kuat, maka setelah perusahaan di dirikan, dalam jangka waktu yang singkat, perusahaan itu akan tumbang.

Landasan utama dalam pendirian perusahaan adalah sistem bisnis nya. Bukan orang (human) atau SDM yang menggerakan nya. Jika mendasarkan bisnis pada orang, maka ketika orang itu pergi atau mengundurkan diri, perusahaan akan berhenti dan mati. Bukan rusak, tetapi benar- benar berhenti. SDM memang salah satu faktor kunci dalam kelancaran pendirian perusahaan. Namun, SDM bukanlah fondasi dasar nya. Semakin besar -dan banyak- sebuah perusahaan mendasarkan kinerja nya pada faktor “People”, maka semakin rancu stabilitas perusahaan tersebut. Perusahaan mungkin akan berjalan dengan pincang ketika kehilangan orang kunci. Tetapi perusahaan tidak akan mati -meski kehilangan orang kunci- jika kita mendasarkan nya pada sistem bisnis. Perusahaan akan tetap exsist meskipun kehilangan orang kunci nya.

Pemikiran berikutnya tentang pendirian perusahaan adalah melandaskan