You are currently viewing Kapan Sebuah Janji Ucapan Perlu di ingkari

Kapan Sebuah Janji Ucapan Perlu di ingkari

  • Post author:
  • Post category:Management

Selama ini, saya sendiri adalah seorang yang selalu menepati ucapan -terlebih sebuah janji. Apapun halang dan rintang yang menghadang, saya akan maju dan tebas. Dalam benak saya, tidak ada kata “tidak bisa”. Tidak ada rencana lain yang harus saya lakukan bilamana janji tersebut tidak dapat dipenuhi. “Harus bisa, dan harus berhasil”, itulah yang ada di pikiran saya satu- satu nya.

Namun, di waktu ini, saya berhadapan dengan sebuah situasi yang cukup dilematis. Tentu saja tentang sebuah janji yang pernah saya ucapkan kepada dia.

Tentu Anda pernah mendengar kalimat bijak “Manusia hanya bisa berusaha, tapi Tuhan yang akan menentukan”. Saya memiliki pemikiran yang hampir sama juga -meski lebih kolot. “Manusia harus melakukan hal yang perlu dilakukan untuk mencapai cita- cita nya, namun kegagalan juga merupakan hal yang tidak akan bisa di hindari seorangpun”. Kegagalan tidak mungkin bisa di hindari, meskipun kamu telah berusaha mati- matian.

Di waktu sekarang, masih saja terdapat orang yang memiliki pemikiran yang sangat radikal dan konservatif mengenai kemenangan akhir. Maksud nya, mereka benar- benar akan melakukan segala macam hal untuk mencapai tujuan nya, dan mereka yakin akan mendapatkan nya. Tentu, orang semacam ini tidak di masa sekarang, jumlah nya tidak banyak. Namun, di masa Perang Dunia 1 dan 2, para tentara Jepang, Jerman dan Rusia -khusus nya, pasti nya memiliki pemikiran semacam ini.

Bagi mereka yang memiliki pemikiran semacam itu, pasti akan sangat sulit untuk mengingkari janji. Saya pun saat ini merasakan hal yang sama. Ada tekanan batin yang besar, seakan- akan saya menghindari tanggung jawab.

Berikut ini adalah beberapa alasan dan juga keadaan, dimana Anda perlu mengambil keputusan untuk mengingkari ucapan janji yang pernah Anda sampaikan. Karena terkadang, kita harus mundur untuk menyusun strategi agar menang. Daripada maju terus, dengan harapan kemenangan yang kecil dan mendapati korban yang besar.

Muncul nya suatu Kesadaran

Ini benar- benar saya alami ketika dulu saya pernah memberhentikan karyawan di perusahaan startup saya. Dulu, saya sangat depresi sekali, melihat rintihan air mata dari orang yang saya berhentikan tersebut.

Logika saya mengatakan bahwa “saya harus memberhentikan karyawan tersebut”. Bukan karena dia tidak bisa bekerja, ataupun bekelakuan tidak baik. Namun, dikarenakan sudah tidak ada lagi pekerjaan yang dia kerjakan. Sebelum nya dia menggarap project, dan project tersebut telah ditutup karena dana habis.

Tentu saja, bila saya meneruskan untuk mempekerjakan karyawan itu, saya akan bayar dia pakai apa?. uang untuk menggarap proyek itu sudah habis. saya pikir, keputusan ini sangatlah wajar untuk diambil. Namun, tetap saja, mereka menangis karena saya berhentikan. Dan ketika itu pula, saya mengatakan kepada dia bahwa “Suatu hari, bila perusahaan ini sudah sukses, saya pasti akan mempekerjakan Anda lagi”.

Setelah beberapa tahun berlalu, saya kemudian menyadari sesuatu. Bahwa, memberhentikan karyawan -dengan alasan apapun- adalah hal yang benar- benar wajar. “No guilty” harus nya. Itu adalah bisnis. Bukan masalah pribadi. Dan dalam bisnis, bila seseorang tidak dibutuhkan lagi dalam suatu perusahaan, maka dia perlu di keluarkan.

Ketika kesadaran itu muncul, kemudian kepala saya menghadirkan sebuah pertanyaan “Mengapa saya harus berjanji mempekerjakan mereka lagi di waktu itu”?.

Saya pikir, dulu ketika memberhentikan karyawan, dan membuatnya menjadi sangat bersedih, adalah sesuatu hal yang jahat. Tapi, disisi lain, tidak ada pilihan lain yang bisa saya ambil kala itu. Namun, karena kesadaran baru tersebut, kini saya tidak ada beban bila nanti nya tidak menepati janji yang pernah saya katakan.

Terkuak nya suatu kenyataan

Terdapat Prioritas Janji yang lebih penting

Objek Janji telah berubah