Asumsi Salah tentang Kegigihan Menahan Tekanan Kerja

Banyak dari kita yang menganggap bahwa kemampuan untuk menahan tekanan kerja adalah tanda dari kegigihan dan profesionalisme. Namun, adakah asumsi yang mungkin kita salah pahami mengenai hal ini?

Jangan sampai Anda terjebak dalam mitos! Lanjutkan membaca untuk mengungkap kebenarannya.

 

Kegigihan Apakah Hal yang Hebat?

Orang orang biasanya berasumsi, bahwa jika seseorang yang melalui hal yang buruk, baik itu mendapatkan tekanan kerja, atau hambatan lain nya, kemudian tetap maju melalui nya dengan kerja keras dan penuh tekanan, hingga akhirnya dia berhasil, adalah sesuatu yang hebat.

Konteks disini yang ingin saya garis bawahi adalah melalui masalah dengan ketegangan dan tekanan. Jadi dia tertekan tapi tetap maju.

Saya pernah memiliki atasan yang sering sekali lembur karena mengatasi banyak pekerjaan yang belum terselesaikan.

Sebagian besar rekan saya melihat nya sebagai orang yang hebat. Orang sering kali melihat ini sebagai bentuk kekuatan dan ketahanan. Sebuah gambaran dari “mentalitas gigih” atau “grit.

Namun menurut saya, tindakan nya itu tidak hebat. Justru saya mempertanyakan “Kamu kok lembut terus, bisa ngatur sesuatu Ndak?”

Efisiensi VS Kerja Keras

Pemahaman bahwa efisiensi, manajemen waktu, dan keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi adalah indikator penting dari kepemimpinan yang baik dan produktivitas kerja. Beberapa poin yang harus Anda pertimbangkan disini adalah:

  1. Efisiensi vs. Jumlah Jam Kerja: Bekerja lembur terus-menerus mungkin menunjukkan ketekunan, tetapi ini juga bisa menunjukkan kurangnya efisiensi atau kemampuan untuk mengatur dan memprioritaskan tugas. Atasan yang efektif dapat mengelola beban kerja mereka dalam waktu kerja reguler.
  2. Dampak pada Kesejahteraan: Bekerja lembur terus-menerus dapat memiliki dampak negatif pada kesehatan fisik dan mental, serta hubungan pribadi. Ini dapat mengurangi produktivitas dan kinerja jangka panjang.
  3. Pembelajaran dan Adaptasi: Jika seseorang selalu merasa perlu bekerja lembur, mungkin ada ruang untuk belajar dan menyesuaikan cara mereka bekerja, menggunakan alat atau sumber daya tambahan, atau meminta bantuan saat diperlukan.
  4. Pandangan Budaya Kerja: Dalam beberapa budaya atau industri, bekerja lembur mungkin dilihat sebagai tanda dedikasi atau komitmen. Namun, perlu ada pemahaman bahwa jam kerja yang panjang tidak selalu sama dengan produktivitas atau kualitas kerja.
  5. Dampak pada Tim: Seorang pemimpin yang terus-menerus bekerja lembur mungkin tidak secara tidak langsung menetapkan standar yang sama bagi timnya, yang mungkin merasa perlu untuk “menjaga langkah” dengan bekerja jam tambahan juga, meskipun mungkin tidak diperlukan.

Sementara kerja keras dan dedikasi adalah kualitas yang patut dihargai, keseimbangan, efisiensi, dan kesejahteraan adalah aspek penting lainnya dari keberhasilan profesional.

Penting untuk mempertimbangkan semua aspek ini ketika menilai kinerja dan pendekatan seseorang terhadap pekerjaannya.

 

Semua Tergantung Keadaan

Seperti yang telah dijelaskan pada artikel berjudul “Sebenarnya, Sedikit Hal Yang Membutuhkan Kerja Keras”, orang yang memiliki paradigma “keadaan sulit”, akan melihat banyak keadaan -atau mungkin semua keadaan- sebagai suatu hambatan yang perlu di selesaikan. Orang itu akan mencari cara yang memerlukan tenaga, waktu, dan tindakan yang sulit untuk menyelesaikan nya. Hal ini pun berlaku sebaliknya.

Terlebih jika lingkungan mereka mendukung paradigma ini. Katakanlah, dia bekerja sebagai karyawan dengan porsi kerja yang telah ditentukan sebelumnya.

Jika dia melakukan efisiensi, yang membuat semua deskripsi kerja yang harus dilakukan nya menjadi semakin sedikit, sehingga banyak waktu luang di tempat kerja yang dia miliki, orang- orang di sekitarnya malah akan melihatnya melakukan tindakan “korupsi waktu”. Meskipun, semua pekerjaan nya kala itu telah selesai.

Namun, jika lingkungan Anda berbeda, misalkan Anda seorang entrepreneur, mencoba mencari cara untuk memudahkan semua tindakan, guna membangun sistem kerja yang lain, adalah tindakan yang lebih tepat. Jadi, semua itu tergantung keadaan.

Hal yang perlu diperhatikan:

  1. Biaya Kesejahteraan: Melewati tekanan dan hambatan dengan cara yang penuh tekanan dapat mempengaruhi kesehatan fisik dan mental seseorang. Jadi, meskipun seseorang mungkin berhasil dalam tujuannya, biayanya bisa sangat tinggi dalam hal kesejahteraan pribadi.
  2. Tidak Selalu Berkelanjutan: Strategi “bertahan melalui tekanan” mungkin berhasil dalam jangka pendek, tetapi mungkin tidak berkelanjutan dalam jangka panjang. Ini bisa menyebabkan burnout atau kelelahan yang parah.
  3. Pentingnya Keseimbangan: Ada kekuatan dalam ketahanan dan kemampuan untuk mendorong diri sendiri melalui kesulitan, tetapi ada nilai yang sama pentingnya dalam menemukan keseimbangan, memahami kapan harus beristirahat dan mendengarkan kebutuhan tubuh dan pikiran.

Jadi, sementara kemampuan untuk mendorong diri sendiri melalui tekanan dan hambatan dapat dilihat sebagai sesuatu yang hebat, itu bukan satu-satunya cara untuk mendefinisikan keberhasilan atau kekuatan.

 

Bagaimana Asumsi ini Muncul?

Buruh atau karyawan, jauh lebih banyak daripada pengusaha. Dan pengusaha yang saya maksud disini bukan pedagang atau wirausahawan, yang menjalankan bisnis dengan job desc yang tetap -namun dibuat sendiri.

Sehingga, disini menjadi jelas dan nyata, bahwa asumsi kegigihan dan keuletan dalam menghadapi keadaan, akan secara otomatis dianggap banyak orang sebagai kualitas yang hebat.

Dan sekali lagi, mengingat faktor lingkungan juga. Jika Anda terlihat tidak mendapatkan tekanan, atau tidak secara serius mengerjakan apa yang menjadi job desc Anda, orang akan berasumsi Anda tidak bersungguh- sungguh mengerjakan tugas Anda. Meskipun semua tugas Anda selesai dengan lebih baik, dan lebih cepat.

Jangan Terpaku dengan Asumsi Umum

Telah dijelaskan diatas dengan cukup panjang, bagaimana asumsi “kegigihan” ini dianggap banyak orang sebagai hal yang hebat, dan mengapa itu merupakan asumsi yang valid, jika dihadapkan dengan lingkungan tertentu.

Namun, jika lingkungan Anda berbeda, misalkan Anda adalah seorang entrepreneur, Anda tidak boleh terjerumus dan menggunakan asumsi ini juga.

Anda juga tidak perlu merasa tertekan atau memperlihatkan memiliki tekanan kepada orang lain. Karena yang menjadi tujuan utama Anda adalah bagaimana caranya memperbesar bisnis. Bukan nya memperlihatkan bahwa diri Anda adalah orang yang gigih.

Dan oleh sebab itu, gunakan kerja keras -dalam arti yang sebenarnya- dengan lebih efektif lagi.

 

Untuk Apa Harus ditahan jika bisa dilepaskan?

Mengalokasikan Tenaga untuk Tindakan yang Lebih Besar

Lihat cara termudah yang bisa kamu pilih. Dan gunakan kerja keras untuk menyelesaikan sesuatu jika ketika cara termudah yang Anda temukan, menyisakan kesulitan.

Kerja keras tidak semata- mata melalui sesuatu yang sulit. Ini paradigma yang keliru. Tapi, tidak semua cara akan berhasil dilakukan dengan mudah atau tanpa hambatan sama sekali.

Pencarian cara menyelesaikan sesuatu yang di lakukan dengan paradigma “mencari cara termudah”, akan membuat Anda mendapatkan cara yang mudah. Dan ketika cara mudah itu tidak sepenuhnya mudah -yang dimana kenyataan nya seperti itu, maka tibalah porsi kerja keras diberlakukan disana.

Tapi, dengan paradigma ini, Anda benar- benar bisa mengalokasikan tenaga Anda untuk hal- hal yang memang benar- benar perlu penyelesaian masalah.

Tekanan Kerja Tidak Anda butuhkan

Baik itu Anda merasakan tekanan kerja, melakukan berbagai tindakan dengan gigih guna melalui banyak rintangan, merasakan kecemasan dan tekanan negatif, itu semua tidak berhubungan dengan kesuksesan Anda.

Kesuksesan Anda di ukur dari; Apakah Anda mencapai hasil atau tidak. Jika Anda seorang pengusaha, kesuksesan Anda di ukur dari seberapa besar bisnis yang berhasil Anda bangun.

Ketimpangan dan semua derita yang Anda rasakan, tidak selalu membuahkan kesuksesan. Jika memang kerja keras adalah penentu utama kesuksesan, maka seharusnya Jepang tidak akan kalah dalam Perang Dunia Kedua.

Kegigihan menahan tekanan (kerja keras) hanyalah satu diantara banyak faktor untuk mencapai kesuksesan, yang mana mungkin menempati urutan bawah (bukan atas). Cara (strategi, metode, kecerdasan untuk memaksimalkan sumber daya yang ada) adalah yang menempati urutan atas.

Disini, Anda memiliki pilihan, melalui semua dengan tekanan, atau melalui semua dengan kegembiraan.

Baik itu Anda melalui nya dengan tekanan atau kegembiraan, itu semua tidak terlalu berpengaruh. Asalkan cara yang Anda lakukan tepat, kesuksesan telak akan Anda dapatkan.

Dan dari sini, Anda selalu bisa melalui semua keadaan ini dengan kegembiraan, alih- alih dengan tekanan negatif.